Kisah Manusia Pembuat Perahu Dari Sebangau

Rasudi, pengerajin perahu berbahan kayu dari Sebangau ( Foto - Dedy)


POSSINDO.COM, PULANG PISAU - Daerah Kalimantan tengah tercatat memiliki banyak aliran sungainya yang memanjang dan saling berhubungan antara daerah satu dengan daerah lain. Karena strategisnya aliran sungai tersebut, tidak heran rasanya jika sejak dulu tranportasi sungai menjadi sarana yang di andalkan untuk kehidupan sehari-hari. Sayangnya, seiring mulai dibukanya jalan-jalan darat saat ini membuat keberadaan perahu atau jukung seakan ikut terkena imbasnya, mulai langka dan ditinggalkan.

Setidaknya hal tersebut dirasakan Rasudi warga Desa Paduran kecamatan Sebangau Kuala, Pulang Pisau. Pria (45) thn yang merupakan seorang pembuat jukung (perahu) ini mengaku kesulitan dalam mempertahankan usahanya sebagai pembuat perahu karena permintaan yang sedikit.

"Permintaan membuat perahu saat ini tidak sebanyak dulu. Hanya beberapa saja, itupun datang dari masyarakat yang berprofesi dekat dengan angkutan sungai. Ada yang dari, desa Garong, dari Bahaur hingga kabupaten Kapuas,"Ujar Rasudi.

Rasudi mengaku, sudah hampir 20 tahun lamanya ia menekuni pekerjaan pemembuat perahu. Semua bermula ketika ia mengalami kecelakaan, hingga membuat kakinya kanannya patah. Sehingga ia tidak bisa beraktivitas jauh dari rumah, saat itu ide untuk membuat perahu pun muncul.

Saat ini berbagai jenis perahu bisa ia buat, mulai dari ukuran kecil dengan panjang 6 meter hingga perahu besar ukuran 15 meter bisa ia buat.

"Kayunya ini jenis kayu Blangiran. Sangat kuat hingga bisa bertahana sampai 5 tahun. Kayu ini Kita beli dari masyarakat sekitar yang menemukan pohon Blangiran yang sudah tumbang. Untuk perahu ukuran 6 meter memakan waktu dua minggu baru selesai dan di jual harga 2 juta perbuahnya. Untuk ukuran yang besar itu memakan waktu hingga 2 bulan kita jual sekitar 30 juta perunitnya," cerita Rasudi lagi.

Menjadi pengerajin perahu bukan tanpa hambatan. Di akuinya, keuntungan yang didapat hanya cukup untuk menyambung hidup. Itu karena hingga saat ini ia bekerja secara mandiri tanpa bantuan pihak lain.

"Kalau buat perahu itu modal sendiri mas, mulai dari beli kayu, paku, pernis, baut, alat-alat tukang. Modal bikin yang kecil saja sekitar 1 juta kalau yang besar hampir 20 juta modalnya. Jadi pas-pasan untuk biaya hiduplah," akunya lagi.

Rasudi akan tetap bertahan menjadi pembuat perahu karena memang pekerjaan tersebut warisan dari orang tuanya. Jika ia tinggalkan, ia khawatir generasi pembuat perahu sepertinya akan hilang.

"Di Sebangau hanya saya dan kakek saya saja yang bertahan membuat perahu. Ini pekerjaan turun temurun makanya terus di pertahankan. Kita berharap, pemerintah bisa ikut hadir membantu kami semisal pemberian modal kerja atau membantu pemasaran," harap Rasudi. ( sj)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال