Tutie pemilik galeri Uwei Panbelom saat memamerkan salah satu hasil kerajinan Anyaman rotan produksi usahanya. |
POSSINDO.COM, PULANG PISAU - Jika anda ke Pulang Pisau, tentu tidak lupa untuk membeli oleh-oleh atau cindera mata yang bisa untuk dibawa pulang. Nah, salah satu Pilihannya bisa saja anda datang ke galeri kerajinan milik Tutie, wanita Muda asal Desa Gohong Kecamatan Kahayan Hilir, Pulang Pisau ini. Dirumahnya yang sederhana, ia menyulap teras dan ruang tamu rumahnya sebagai galeri aneka kerajinan khas buatan masyarakat sekitar yang rata-rata semua dibuat dari rotan.
"Jadi menjalan usaha di aneka kerajinan ini kira-kira bulan oktober tahun 2016 lalu. Saat itu saya sering sekali dihubungi teman-teman dari luar daerah yang minta dicarikan tas atau pernak-pernik dari rotan. Karena disekitar rumah memang banyak yang membuat biasanya saya mudah mencari. Lama-lama saya berpikir bagaimana jika bidang kerajinan ini dibuat saja jadi usaha, nah disitu awalnya," Ujar perempuan alumnus FKIP Unlam Banjarmasin ini.
Agar mudah dikenal, usaha Galeri miliknya dinamai Uwei Pambelom. Mengambil kata dari uwei yang berarti rotan serta pambelom yang berarti kehidupan, Tutie ingin mengenalkan jika tanaman rotan yang banyak hidup di daerah Pulang Pisau adalah sumber penghidupan bagi masyarakat. Terbukti puluhan jenis kerajinan bisa dihasilkan dari bahan rotan. Seperti anayaman tikar, tas, baju, topi, dompet, gelang, Mandau, hingga sarung hape.
"Disini hampir rata-rata para ibu jago menganyam, untuk bahan-bahannya kaya rotan itu tidak beli karena diambil dari kebun sendiri. Sayangnya, selama ini pemasaran hasil aneka kerajinan tersebut yang kurang bagus. Biasanya dijual sangat murah kepada pengepul, hasil kerajinan itu lalu dibawa keluar daerah dan dijual dengan harga berkali-kali lipat," keluh Tuti.
Melalui Uwei Pambelom, dirinya pun mulai mengedukasi warga sekitar, khususnya para pengerajin. Untuk beberapa anyaman hasil karta warga, Tutie ikut memasarkan sendiri. Melalui pembukaan lapak diacara-acara pameran, media sosial, hingga melalui kerjasama dengan jasa travel wisata. Berhubungan langsung dengan pembeli yang juga pemakai kerajinan dikatakan Tutie lebih diuntungkan, karena selain harganya yang tinggi. Kebanyakan pembali akan meminta penjelasan terkait hasil kerajinan yang dibuat.
"Ada kepuasan rasanya ketika pembeli bertanya pada kita, misalkan tentang anyaman tikar rotan. Bahkan ada yang penasaran dan minta datang melihat proses pembuatannya, kita tentu senang sebab hasil karya kita disukai dan itu akan jadi promosi bagi kita. Apalagi ditengah maraknya barang-barang modern yang bisa saja menggerus kearifan lokal andai tidak kita pertahankan," tutur perempuan yang juga aktif mengajar di SMA-1 Kahayan Hilir Pulang Pisau ini.
Tidak melulu ingin mengejar untung, diprofesinya sebagai tenaga pendidik. Tuti kerap menyelipkan pelajaran kearifan lokal seperti membuat aneka kerajinan pada anak didiknya. Bahkan pada beberapa anak yang dianggapnya punya ketertarikan akan menganyam, dirinya akan mengajak datang ke galeri Uwei Pambelom untuk diajarkan lebih serius.
"Semua ada prosesnya, saya sendiri juga sambil belajar menganyam dan membuat kerajinan. Selain untuk usaha sampingan, terpenting adalah untuk menjaga agar kearifan lokal tidak terhenti. Seperti tikar rotan yang ada, sekilas kita memandangnya biasa-biasa saja. Padahal diluar sana, orang justru berebut ingin membeli dengan harga tinggi. Karena mereka tahu, bagaimana tingkat kesulitan pembuatannya serta keindahan nilai seninya," tutur Tutie. (Sjy)