Melihat Pulau Mintin Dari Dekat

Pemandangan Pulau Mintin Besar yang ada di Desa Mintin Kecamatan Kahayan Hilir, berpotensi sebagai tempat wisata. (Foto/Dok Possindo)

Pulau Mintin yang berada ditengah Sungai Kahayan menyimpan banyak potensi dan keindahan alamnya, namun sayang keberadaannya seperti tidak tersentuh oleh para pihak untuk bisa dikelola agar membawa bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

POS SINDO.COM, Ragam– Menyebut Pulau Mintin, maka akan tertuju pada pada tiga (3) Pulau yang berada ditengah sungai Kahayan di desa Mintin, kecamatan Kahayan Hilir. Adapun pulau mintin sendiri terdiri dari tiga (3) Pulau. Pertama yakni Pulau Mintin besar yang memiliki luas sekitar 3 kilometer persegi. Kemudian dua (2) Pulau lainnya berukuran lebih kecil, sekitar  1 kilometer persegi.

Untuk menjangkau Pulau ini, dari pusat Kota Pulang Pisau jika mengendarai mobil hanya memakan waktu sekitar 20 menit saja, melalui perjalanan darat kemudian dilanjutkan dengan menumpang perahu melalui jalur sungai sekitar 10 menit.


Di Pulau Mintin Besar terdapat makam keramat yang menurut warga lokal adalah tokoh sakti pernah bertapa di Pulau tersebut. Foto/ IST

Saat awak media ini melakukan perjalanan singkat ke desa dan Pulau Mintin. Ada harapan besar dari masyarakat, para tokoh dan aparat desa disekitar, yang ingina gar ketiga Pulau itu tidak hanya sebatas onggokan tanah di tengah sungai ataupun sekedar cerita keramat.

Lebih dari itu, keberadaan Pulau mintin diharapkan bisa menjadi sebuah lokasi wisata atau semacamnya yang bisa menjadi tempat yang mampu mendukung perbaikan ekonomi masyarakat disekitarnya.

“Pulau ini menyimpan banyak cerita sejarah, bahkan usianya bagi kami lebih tua dari usia Pulang Pisau ini sendiri. Berawal dari legenda Tamanggung Darung Bawan, tokoh sejarah yang dipercaya punya andil dalam terbentuknya Pulau mintin ini. Hingga kisah-kisah keramat adanya seekor Naga, Buaya Kuning yang menjadi penunggu Pulau ini masih tersimpan dan terus kami percaya sampai hari ini,” Ujar Uhing (64) tahun seorang tokoh Desa Mintin yang juga menjadi pemandu saat kunjungan kami ke dalam Pulau tersebut.

Di dalam pulau besar, mudah sekali menemukan beragam jenis pepohonan khas Kalimantan yang tumbuh disitu. Mulai kayu Kapur Naga, kayu Bakau, Kambalitan, Karawah, Tarantang, Kalawit, Saraka, kandarahan, latak manuk, Gantalang dan masih banyak jenis kayu lainnya.

“Hanya Pulau Mintin besarlah yang tanamannya lebih lengkap dibanding dua pulau kecil lainnya karena Pulau ini datarannya lebih tinggi. Selain itu, dulu saat ramai penjarahan kayu Pulau Mintin besar jadi terselamatkan berkat lokasinya yang dekat dengan perkampungan masyarakat Mintin. Sehingga para penjarah kayu tidak berani menebang kayu di Pulau ini,” tutur Uhing sambil menunjukan pepohonan yang masih berukuran besar didalam Pulau Mintin besar.

Banyak Terdapat Hewan Liar di Dalam Pulau


Terpisah, Wawan (45) tokoh masyarakat desa Mintin yang juga pengelola Pulau Mintin kecil menyampaikan jika masih terdapat beragam hewan liar yang hidup di Pulau tersebut. Mulai dari Buaya Sapit, buaya air tawar hingga berbagai jenis Ular berbisa, belum lagi Biawak, trenggiling, tupai, monyet, kalawet hingga beberapa burung endemik khas kalimantan.

Keberadaan pohon besar asli Kalimantan masih bisa dijumpai di Pulau Mintin. Foto/ Dok Possindo.

Apa yang disampaikan Wawan akan adanya hewan liar penghuni di Pulau tersebut bukan bualan belaka. Pasalnya, baru sekali putaran mengitari Pulau mintin besar, dari atas kapal Ferry terlihat beberapa ekor Buaya Sapit atau dalam Bahasa latin Tomistoma schlegelii seukuran kecil yang berenang dipinggir Pulau sampai akhirnya perlahan masuk kedalam rimbunnya hutan bakau.

Di jelaskan Wawan lagi sekitar tahun 1982 lalu, Pulau Mintin Besar sempat menjadi lokasi lebah hutan bersarang. Tidak tanggung-tanggung bahkan di pepohonan kayu Saraka saat itu mudah sekali untuk melihat ratusan sarang lebah bergelantungan.

“Dalam semalam, masyarakat bisa panen hingga 1 drum madu dari lebah hutan yang ada di Pulau mintin besar. Masa jaya Panen madu sempat bertahan sekitar 5 tahun hingga akhirnya datang penebangan dan penjarahan kayu yang membuat lebah hutan tidak mau bersarang lagi,” aku Wawan seraya menatap ke pepohonan yang tersisa dengan mimik wajah yang serius.

Kekayaan alam dan sejarah yang ada di Pulau mintin nampaknya kini seperti mengendap seiring kurang tersentuhnya Pulau tersebut. Hal itu dirasakan oleh awak media sendiri, misalkan betapa sulitnya mendapatkan akses transportasi saat akan melihat dari dekat ke Pulau mintin. Yang tersedia hanyalah kapal Ferry besar yang di patok sewa hingga lima ratus ribu dalam sekali pakai.

Belum lagi tidak adanya dermaga atau jembatan untuk bertambat di pulau tersebut. Solusinya, mau tidak mau, pengunjung seperti kami hanya memanfaatkan rebahakan kayu bakau di pinggiran pulau untuk tepat bertambat. Kemudian dengan rebahan kayu itu pula, di paksa untuk naik ke daratan pulau.

Menjadi Penggerak Ekonomi Warga Lokal

Meski keberadaan Pulau mintin cukup terkenal dan memiliki keunikan tersendiri, namun dikatakan Kepala Desa Mintin, Arbandi Libo hingga saat ini pulau tersebut belum tersentuh sekali alias pulau kosong.

“Informasinya dulu memang sempat dijadikan penangkaran kalaweit tapi kayaknya gagal. Setelah itu sampai sekarang pulau tersebut tetap alami tidak dibuat apa-apa,”

Diakui kades Mintin, banyak harapan dari warga jika pulau itu bisa dijadikan tempat wisata atau semacamnya untuk mendukung ekonomi warga sekitar. Namun untuk menggerakan hal tersebut tentu bukan pekerjaan mudah.

“Jika pemerintah ingin mengembangkan Pulau tersebut sebagai destinasi wisata, kita tentu mendukung. Tetapi Kembali lagi, kami pemdes akan berembuk dulu dengan warga, maunya wisata seperti apa. Karena kebangkitan wisata dipulau tersebut harus juga bisa mengakomodir warga kami,” ungkap Kades Arbandi. (Sam, Dedy dan Tim)

Editor : Tuah


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال