Mengenang Munir, Aktivis HAM Yang Mati Dibunuh

Aktivis HAM, Munir yang meninggal diracun tahun 2004 silam hingga kini aktor kematiannya masih menjadi misteri. Foto/ IST

POS SINDO.COM, – Dia adalah Munir Said Thalib, seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) kelahiran Malang, Jawa Timur 8 Desember 1965. Pada tanggal 7 September 2004 silam, munir berniat ingin melanjutkan Pendidikan hukum ke Amsterdam, Belanda. 

Namun siapa sangka, terjadilah peritiwa naas yang juga membuat gempar seantero negeri. Dimana ia dinyatakan meninggal dunia didalam pesawat GA-974 saat lepas landas dari Jakarta tujuan hendak akan ke Amsterdam, belanda.

Saat itu, ketika polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) melakukan otopsi pada jasadnya ditemukan jejak-jejak senyawa arsenikum. Disimpulkan dirinya meninggal oleh racun, terlebih menurut pengakuan penumpang yang satu pesawat dengannya, Munir yang duduk di kursi nomor 40 G, usai minum jus jeruk di dalam pesawat ia sakit perut dan bolak balik ke toilet.


Diduga Dibunuh karena Aktivis

Kematian Munir dikaitkan banyak orang karena profesinya sebagai seorang Aktivis hak asasi manusia (HAM), sebagai lulusan ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, ia aktif di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) cabang Surabaya bahkan menjabat menjadi Wakil Ketua bidang Operasional YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia).

Sosok munir dikenal sebagai Aktivis yang sangat Vokal dalam menyuarakan hak-hak asasi, bagi masyarakat yang tertindas. foto/ IST

Dirinya sangat vokal dalam menangani dan mengadvokasi beberapa kasus pelanggaran HAM di Indonesia pada masa Orde Baru saat itu. Misalnya Ia terlibat menjadi penasihat hukum untuk keluarga tiga orang petani yang dibunuh oleh Tentara Indonesia (TNI) di proyek Waduk Nipah di Banyuates, Sampang serta ikut membela keluarga korban penembakan di Lantek Barat, Galis, Bangkalan.

Bahkan di tahun 1998 ia ikut langsung mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak kekerasan (KontraS), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang hak asasi manusia, terutama penghilangan paksa dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.dirinya juga terlibat menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984 . kemudian ikut di Kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994.

Di Kontras, Sebagai Koordinator Badan Pekerja, Munir terlibat menangani kasus-kasus besar yang bersinggungan langsung dengan TNI dan para jenderal, misalkan kasus penghilangan paksa dan penculikan para aktivis HAM pada tahun 1997 - 1998 dan mahasiswa korban penembakan pada Tragedi semangggi (1998). Kemudian kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Aceh pada masa operasi Jaring Merah ( 1990 - 1998) dan operasi terpadu (2003 - 2004).

Sikap berani dan sigapnya dalam menentang ketidakadilan oleh beberapa pihak pada masa itu , membuat Munir tak disukai oleh pemerintah. Dirinya menjadi sasaran dan lingkaran merah dari pihak intelijen karena dianggap berbahaya. Munir juga sering mendapat banyak ancaman dari beberapa orang.

Kematiannya Masih Menjadi Misteri

Hingga saat ini memang kasus kematian Munir belum menemui titik terang. Pengadilan memang telah menjatuhkan vonis 14 tahun terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto yang disebut sebagai pelaku pembunuhan.

Pengadilan juga memvonis Direktur Utama PT Garuda Indonesia saat itu, Indra Setiawan, dengan hukuman 1 tahun penjara. Dia dianggap terlibat dalam kasus yang dianggap banyak orang belum mengadili dalang pembunuhan.

Puluan tahun berlalu, sejak pembunuhan Munir di dalam pesawat. Bahkan kini Pollycarpus telah menghirup udara bebas. Meski begitu, kenangan terhadap Munir tak akan memudar.

(Dirangkum dari berbagai sumber)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال