Nelayan Pesisir Jakarta Mengeluh, Harga Jual Rajungan Anjlok !

Para nelayan Pencari Rajungan kembali ke dermaga usai melaut. Foto/ Arief Suseno.

POS SINDO.COM , Jakarta – Puluhan perahu bersandar di dermaga usai melaut mencari Rajungan. Disela waktu beristirahat jemari tangan terlihat mengait selembar jala rusak yang memaksa minta diperbaiki. Bagaimana tidak alat tangkap tersebut merupakan senjata andalan bagi mereka bekerja untuk mencari hewan bercapit tajam.

Inilah kehidupan di kampung nelayan Muara Angke, sebuah perkampungan dihuni oleh sebagian besar masyarakatnya berprofesi menjadi nelayan dibagian pesisir Jakarta. Daerah ini berada di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

Siapa sangka mereka dipaksa untuk merasakan perputaran ekonomi akibat imbasnya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi akhir-akhir bulan ini. Ditengah turunya harga jual tangkapan Rajungan harus dibarengi kenaikan harga solar.

Kenyataan tersebut dirasakan oleh semua para nelayan Muara Angke, bahkan bisa jadi daerah lainnya. Pasalnya setiap hari mereka harus mengisi solar untuk bahan bakar mesin perahunya. Kenaikan harga BBM dan anloknya harga jual hasil tangkapan mau tidak mau harus diterima dengan senyum pasrah.

Kepada awak media, www.possindo.com kamis (29/9/2022) siang, Ahmad Sabrawi pria berusia 28 asal Cirebon Jawa Barat mengungkapkan melihat kondisi sekarang ini sangatlah memprihatinkan. Penurunan harga jual Rajungan tidak sebanding dengan harga untuk membeli bahan bakar solar. Sebagai nelayan hanya bisa diam dan berusaha bagaimana caranya agar bisa tetap melaut.

Sudah hampir 20 tahun dirinya berprofesi sebagai nelayan penangkap Rajungan, baru ini dia merasakan penurunan harga yang bisa dibilang begitu drastis. Belum diketahui penyebabnya anloknya jual harga rajungan, dan hampir sebagian besar bagi para nelayan rajungan disetiap daerah merasakan hal yang sama.

“Masalah yang dihadapi saat ini harga menurun drastis, kejadian ini sudah lumayan cukup dari bulan-bulan sebelumnya. Biasanya untuk tangkapan utama adalah Rajungan, tetapi sebagai tambahannya ikan Kembung dan ikan kecil lainnya. Kalau dulu harga jual rajungan untuk disetor kepengepul sekiran kurang lebih Rp 100.000 per kilogram. Sekarang ini sudah menurun harganya menjadi Rp 35.000 per kilogram” ucap Sabrawi, sambil memperbaiki jalanya yang rusak.

Para nelayan Rajungan yang ada di Muara Angke Penjaringan Jakarta Utara, sedang memperbaiki jala alat tangkapnya. Foto / Arief Suseno.

Setiap harinya Sabrawi harus melaut bersama tiga kawannya. Untuk memulai perjalan mereka bebrangkat pada pagi hari sekitar Pukul 03:00 WIB dan pulang siang hari Pukul 11:00 WIB. Setiap melaut hanya doa dan harap bisa membawa tangkapan Rajungan yang banyak.

“Biasanya berangkat ke laut tiga sampai empat orang dan menggunakan perahu berukuran 26 Groos tonnage (GT). Kalau setiap harinnya untuk hasil tangkapan terkadang bisa membawa pulang Rajungan 5 – 10 kilogram Rajungan. Tetapi ini tidak mesti karena tergantung dari cuacanya” ungkap Sabrawi.

Dirinya mengatakan, jika dirupiahkan dalam satu hari hasil setiap habis melaut sekisar Rp 200.000 sekali melaut. Hasil resiko dilaut tidak sebanding dengan resiko saat mencari Rajungan. Sabrawi tidak menampik meskipun terbilang susah-susah mudah menangkap Rajungan dan harga jual rajungan cukup lumayan dibandingkan ikan-ikan kecil lainnya, namun jika ada kendala turunnya harga Rajungan seperti ini terpasa mencari alternatif lain menangkap ikan kecil untuk tambahan.

“Mau tidak mau dibikin cukup saja buat kehidupan sehari-hari. Dibilang kurang ya kurang, naiknya harga solar mencapai Rp 6.800 kadang lebih jika beli eceran tidak sebanding dengan turunnya harga jual tangkap Rajungan” katanya.

Disela turunnya harga tangkap Rajungan ada kenaikan harga solar, para nelayan di Muara Angke berharap ada kebijakan dari para pemerintah pusat maupun daerah. Agar kehidupan para nelayan bisa tetap sejahtera. (Arief Suseno)

Editor : Dedy



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال