Mangrove Di Marunda Jakut Terancam. Tergantikan Beton Pinggir Pantai

Bangun pabrik berdiri di pinggir pantai Marunda. Keberadaan mangrove sudah tidak terlihat lagi. (Foto: Arief Suseno)

POS SINDO.COM, Jakarta - Kondisi keberadaan tanaman mangrove di wilayah Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara kini terancam dan menyisakan beberapa petak bidang saja. Perannya seakan-akan tergantikan oleh tembok tanggul beton yang di fungsikan untuk mencegah apabila sewaktu-waktu terjadinya banjir rob.

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, karena mangrove sejatinya memiliki fungsi dan manfaat untuk kehidupan lingkungan sekitar maupun biota laut. Seperti mampu menahan arus air laut agar tidak mengikis tanah di garis pantai, serta menjadi tempat favorit untuk berkembang biaknya habitat dari berbagai jenis ikan, udang, dan moluska.

Kepada media ini pada (30/10/2022) Minggu tadi, Usman salah satu warga Marunda menceritakan, tumbuhan mangrove sekarang sudah semakin sedikit. Berbeda dari tahun lalu yang sebelumnya di sekitaran pantai Marunda banyak tumbuhi tanaman mangrove.

Telah di ketahui pantai di Marunda bukanlah seperti pantai yang memiliki hamparan pasir laut luas. Kawasan ini merupakan sebuah rawa yang di penuhi tumbuhan bakau atau mangrove. Naasnya keberadaan lambat laun semakin sedikit dan menghilang karena telah tergantikan oleh bangunan rumah maupun pabrik.

Lahan Mangrove Tergusur Lahan Baru

Menurut Usama yang juga merupakan ketua rt 03 di rw 07 kampung setempat, hilangnya mangrove disebabkan ada beberapa faktor salah satunya kurangnya kesadaran masyarakat yang tidak mau melestarikannya. Dari sebagian besar mereka masih belum mengerti soal manfaat dan tujuan tumbuhan tersebut. Selain itu, habis mangrove karena abrasi dari laut yang sering menerpa pesisir Jakarta ini.

Tumbuhan mangrove hanya ada beberapa. Keberadaan semakin berkurang. (FOTO: Arief Suseno).

"Kawasan mangrove yang tadinya rimbun sekarang mulai habis karena lokasinya sudah didirikan bangunan rumah dan pabrik-pabrik juga. Ya, mungkin karena tanah lokasi milik yang punya lahan itu. Selain itu juga sudah digantikan tambak-tambak udang dan ikan," ungkap Usman.

"Sekarang ini jika di perbanyak mangrove juga sulit karena terkendala lahan. Tanaman inikan rawan mati dan sulit ditanam. Jadi kalau ditanam harus diikat dengan kayu ditancapkan ke dasar rawa, supaya tidak gerak, kalau gerak nanti mati," ungkapnya.

Dia mengatakan, untuk saat ini lokasi yang sering dijadikan tempat pelestarian mangrove hanya beberapa saja dan menggunakan lahan kosong milik orang. Biasanya para aktivis peduli lingkungan sering mengadakan kegiatan tanam mangrove, seperti dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan para pelajar mahasiswa.

Usman tidak menampik, kalau masyarakat sekitar sekarang-sekarang sudah hilang kepeduliannya untuk melakukan pelestarian mangrove. Melainkan yang lebih peduli dari luar.

"Daerah pemukiman kampung Marunda ini kalau dulu setiap bulannya sering terjadi banjir rob. Terjadinya air pasang juga datang tiba-tiba setiap saat. Itu sebelum di buatnya tanggul beton di pinggir pantai buat penahanan, karena mangrove sudah sedikit jadi tidak kuat menahan banjir rob," ujarnya. (Arief Suseno)

Editor : Dedy

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال