Melihat Dari Dekat Masjid Al Alam Marunda. Masjid Petilasan Bang Pitung Betawi

Masjid Al Alam Marunda salah satu masjid tertua yang ada di DKI Jakarta. Berada di bagian pesisir, di RT 03, RW 07 Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara (Jakut). Foto / Arief Suseno

POS SINDO.COM, Jakarta – Jika Anda berkeliling ke wilayah Cilincing Jakarta Utara, tepatnya di kelurahan Marunda RT 03, RW 07 maka dengan mudah sekali menemukan Tempat Ibadah bersejarah bagi umat islam, yakni Masjid Al Alam Marunda. Usianya yang tua menandakan tempat ini menjadi saksi perjalanan Panjang sejarah pesisir wilayah Jakarta Utara bagian pesisir.

Mesjid Marunda, begitu orang disana sering menyebutnya. Bentuknya seperti pendopo dengan di topang empat tiang pilar yang disebut sebagai simbol tentang perjuangan dalam penyebaran Agama Islam.

Dulunya Mesjid ini dikatakan warga sekitar menjadi saksi perjuangan zaman penjajahan belanda hingga jepang. Bahkan tokoh legenda Betawi Si Pitung sampai pernah menjadikan masjid tersebut untuk tempat petilasannya.

Kusnadi Ali Makruf Imam sekaligus pengurus Masjid Al Alam Marunda ini berkisah jika masjid tersebut dibangun oleh para Auliya atau Wali Allah di abad ke-17. Menurut dirinya pembangunannya hanya dikerjakan dalam waktu semalam saja.

“Ceritanya diwilayah ini dulunya hanya ada pemukiman masyarakat, nah dalam semalam tiba-tiba warga dikejutkan dengan adanya sebuah bangunan masjid Marunda ini, padahal proses pendiriannya saja saat itu tidak ada yang tau. Percaya atau tidak namun sejarah ceritanya seperti itu,” ujar pria 52 tahun ini.

Berbekal informasi tersebut, media ini juga mendapatkan informasi jika Pemerintah DKI Jakarta sebelumnya juga pernah melakukan penelitian melalui dinas kepurbakalaan atau arkeolog. Hasil temuan mereka menyebut jika masjid Marunda tersebut diperkirakan dibangun pada abad ke 17 sekitar tahun 1600 yang bertepatan dengan cerita tentang pasukan Mataram saat menyerbu Batavia di kisaran tahun pada 1628 – 1629 silam.

Artinya usia masjid tersebut memang sudah sangat tua sekali. Bahkan oleh pemerintah DKI Jakarta sampai menjadikan rumah Ibadah tersebut sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui SK Gubernur DKI Jakarta No.475 Tahun 1993. 

Ada Sumur Tua Tiga Rasa Dan Makam Keramat Di Dekat Mimbar Masjid

Di Mesjid Al Alam marunda terdapat sebuah sumur tua yang berada di dekat pintu masuk masjid, sumur itu dianggap peninggalan para Aulia atau wali. Air sumur itu yang disebut-sebut punya tiga rasa yang berbeda serta airnya tidak pernah mengalami kekeringan.

"Banyak para peziarah yang datang ke Masjid Al Alam Marunda semuanya mencicipi air didalam sumur ini. Airnya dipercayai sangat bermanfaat dan penuh karomah. Apalagi tidak pernah kering, dan ini hanya ada satu-satunya di kampung ini," kata Kusnadi.

Sumur tua yang ada di Masjid Al Alam Marunda. Kandungan airnya yang diyakini para peziarah penuh karomah. (Foto: Arief Suseno).

Jurnalis Possindo.com juga tidak mau ketinggalan untuk mencicipi air tersebut, dan memang nampak sedikit asin namun berasa segar. Airnya tidak terlihat keruh, padahal jika diketahui kawasan daerah ini sulit untuk bisa mendapat air bersih.

"Daerah ini memang sulit dapat air bersih, jadi rata-rata hampir semua warga menggunakan PDAM. Hanya dari sumur tua ini yang terdapat air jernih. Tidak jarang banyak warga yang selalu menggunakan air ini untuk keperluan sehari-hari. Apalagi disaat mengalami kesulitan air bersih. Hal ini diketahui bahwa lingkungan sekitar, dipenuhi hutan bakau dan air laut," terang Kusnadi.

Keunikan lain Di dalam Masjid Al Alam Marunda terdapat makam seorang tokoh guru dan sekaligus menjadi penjaga masjid yaitu Kiai Haji Jamiin bin Abdullah kala itu. Setiap pengunjung yang beribadah di masjid ini selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke makam tersebut. Makam ini berada di dekat mimbar imam untuk solat Jumat.

Kusnadi menjelaskan, Kiai Jamiin merupakan ahli agama di bidang tasawuf. Dimana sang Kiai hadir dan beliau selalu mengajarkan Islam tanpa pandang bulu soal strata sosial saat itu. Karomah dari beliau juga diketahui pada saat terjadinya bencana alam meletusnya Gunung Krakatau pada abad 18.

"Pada saat itu sedang terjadi gunung meletus. Kemudian tsunami dan hujan abu. Warga bingung dan memilih Masjid Al Alam untuk berlindung. Di dalammnya ternya sudah ada beliau dan kemuduan Kiai berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah SWT," ujar Kusnadi.

"Ketika datang terjangan ombak besar dan mengenai masjid, ombak pun terbelah menjadi dua. Doa ahli agama itu didengar oleh sang Pencipta. Masyarakat pun makin hormat dengan sosok Kiai Jamiin," ujarnya.

Masjid Al Alam Marunda Tempat Napak Tilas Si Pitung

Berdasarkan cerita seperti Pitung yang dibilang sempat singgah ditempat ini, Kusnadi membenarkan bahwa si Pitung yang juga seorang tokoh pahlawan Betawi sering berada di masjid ini untuk beribadah.

Pengurus Masjid Al Alam Marunda, Kusnadi Ali Makruf (52). (Foto: Arief Suseno).
"Memang benar pada saat itu si Pitung melakukan napak tilas yang kala itu juga diburu oleh tentara Belanda. Dan karena dia seorang pengembara, dia juga seorang yang beriman taat kepada ajaran Agama Islam, tak hayal Masjid Al Alam Marunda dijadikan tempat berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah SWT," kata Kusnadi.

"Sejauh ini keberadaan Masjid Al Alam Marunda sudah menjadi sebuah cerita rakyat untuk para generasi muda. Cerita dari generasi ke generasi yang sudah semestinya anak muda wajib mengetahuinya dan wajib untuk dilestarikan," pungkasnya. (Arief Suseno)

Editor : Dedy


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال