|
POSSINDO.COM, Jakarta – Seperti biasanya, suasana aktifitas pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur sejak subuh sibuk diramaikan oleh hiruk pikuk para pencari nafkah yang menggantung hidupnya dengan mencari rupiah ditempat tersebut. Mulai pedagang sayur, penjaja buah, jasa antar pengiriman, tengkulak hingga para kuli panggul dan para pegiat pasar Kramat Jati menjadi bagian pasar Induk Kramat Jati.
Pasar tradisional yang berada dijalan Raya Bogor Kampung Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur ini bisa jadi adalah pasar holtikultura teramai di Indonesia. Aktifitasnya sangat tinggi, sibuk hingga 24 jam. Karena kesibukannya itu, diperkirakan uang yang berputar mencapai miliaran rupiah perharinya. Hitungan itu jika melihat transaksi penjualan dari buah-buahan dan sayuran yang sangat banyak.
Pasokan Barang di pasar Kramat Jati datang dari para petani buah dan sayuran di sekitar wilayah Jakarta dan penyangga. Seolah terhubung dengan pelanggan, pasokan panen yang dikirim ke pasar tidak pernah berhenti, selalu ada dan jaminan barang dengan kualitas fresh dan segar.
Saat media ini menyambangi pasar Induk Kramat Jati beberapa hari lalu didapat informasi dari sesepuh pasar jika umur tersebut berusia cukup tua, bahkan sejak jaman penjajahan Belanda dan Jepang hingga mengalami pemugaran pada tahun 1973.
Ewok (71) asal Sukabumi Jawa Barat. Salah satu pedagang pisang di Pasar Induk Kramat Jati, (9/11/2022). (Foto: Arief Suseno). |
"Pasar ini sudah ada sejak 1973, namun saya baru memulai berjualan pisang di pasar ini tahun 1968 pindah dari Manggarai. Sebelumnya saya berjualan disana. Tapi sampai saat ini ya hanya berjualan pisang saja," terang Ewok pada (9/11/2022) Rabu tadi.
"Untuk pisang yang dijual juga bermacam-macam jenis dan ini didatangkan dari berbagai daerah. Ada yang dari Sukabumi, Cianjur, dan juga ada yang dari luar Jawa Barat seperti dari Sumatera Lampung," terangnya.
Dirinya menjelaskan, ada berbagai jenis pisang diantaranya pisang nangka, uli, tanduk, dan pisang ambon meski jarang. Biasanya pisang yang paling Yang paling laris dijual ialah pisang tanduk karena sering untuk dijadikan bahan pisang gorengan. Harganya berpariatif mulai dari Rp 4.000 sampai Rp 7.000 perbijinya. Sedangkan untuk setandannya bisa mencapai harga sekisan Rp 150.000.
Dari Jasa Angkutan Hingga Pemungut Sisa Sayuran
Selain dikenal sebagai pasar buah dan sayuran, Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur ini, juga terhubung dengan dengan para pencari nafkah lain, seperti jasa transportasi angkut. Biasanya para tengkulak buah akan mencari mencari kendaraan jenis pickup untuk dipakai mengantar barang belanjaan.
Keberadaan jasa penyewaan pickup biasanya akan mangkal memenuhi sisi timur parkir di Pasar Kramat Jati, menunggu dipanggil saat akan selesai bongkar muat sayuran dan buah
Diwanwancarai Possindo.com, pemilik salah satu pickup Bernama Ade (59 tahun) asal Kuningan Jawa Barat ini mengaku jika usaha jasa pengantaran belanjaan barang di pasar Kramat Jati sudah berjalan sejak lama.
"Mulai menjadi supir pickup di pasar ini ya mulai dari tahun 1997. Untuk harga sewa mulai dari Rp 200.000 sampai Rp. 500.000 tergantung pemesan dan yang jarak yang diantar. Jadi untuk yang mau di kirim sekarang ini ada tujuh orang untuk sekali kirim," kata Ade sambil menata sayuran di mobilnya.
Dikatakan dirinya untuk sekali mengatar sayuran bisa memuat sampai seberat 1 ton lebih. Jadi setiap harinya mulai datang ke tempat ini pukul 14:00 WIB siang. Dan tergantung muatan juga pulangnya.
Hiruk pikuk keramaian Pasar Induk Kramat jati tidak sampai disitu saja. Masih banyak pengais nafkah lainnya turut mengandalkan tempat ini untuk bertahan hidup. Seperti para pemungut sampah bekas sayuran.
Dari sebagian mereka tidak ingin mensia-siakan sayuran dan buah-buahan terbuang begitu saja. Jika masih ada yang layak untuk dikonsumsi mereka kumpulkan didalam karung dan kemudian dijual sebagai pakan ternak.
Penampakan los Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. Foto /Net |
Lain Ade, lain juga kisah Sujiyem, wanita berusia 65 tahun asal Semarang Jawa Tengah. Dirinya telah cukup lama memunguti sisa-sisa sayuran dan buah-buahan yang ada ditempat pembuangan sampah pasar tersebut. Bersama dengan lainnya usai adanya muatan dan bongkar sayuran yang tercecer dan dibuang dia pilah kembali.
"Ya mau bagaimana lagi yang penting cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Biasanya sayur yang bisa dijual seperti sawi, kol, dan daun singkong itu yang dikumpulin buat makan ternak. Satu karung atau kantong besar dijual seharga Rp 2.000 sampai Rp 3.000 tergantung banyaknya yang didapat," ucap Sujiyem.
"Dalam sehari untuk bisa mendapatkan uang Rp 50.000 meskipun harus susah payah. Karena itu, harus berbagi dengan yang lain. Untuk kendalanya jika musim hujan jadi sayuran yang dibuang jadi tambah rusak karena kena air sampah di sekitaran ini. Hasil jual juga ikut berkurang" ucapnya.
Dirinya mengatakan, meskipun hanya mengandalkan hidup seperti ini yang penting cukup untuk kehidupan sehari-hari. Jika ada lebih ditabung. Setelah terkumpul uangnya dikirim ke kampung. Dia juga berharap, semoga saja banyak orang yang mau membeli sisa sayuran ini buat makan ternak. (Arief Suseno)
Editor : Dedy