Mengenal Bajakah, Obat Alami Yang Sering Dipakai Orang Dayak Sejak Dulu

Seorang penjual Bajakah Kalalawit di Jabiren Kabupaten Pulang Pisau saat tengah menunggu pembeli. Foto/ Sam Pos Sindo

POS SINDO.COM, Ragam – Sempat viral di pemberitaan berbagai media beberapa tahun lalu. Membuat itu kayu bajakah sangat dicari-cari warga luar Kalimantan. Mereka tertarik membeli karena akar kayu yang banyak tumbuh di Kalimantan disebut mampu menyembuhkan kanker.

Bahkan karena ramainya pemesanan, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran saat itu sampai sempat mengeluarkan larangan pengiriman Bajakah keluar Kateng, dengan tujuan menjaga tanaman tersebut dari kepunahan.

Namun kini, seiring surutnya pemberitaan media membuat permintaan kayu bajakah ke luar daerah ikut-ikutan turun. Lawi (54) tahun, warga Jabiren Raya – Kabupaten Pulang Pisau menyampaikan jika tanaman bajakah banyak tumbuh wilayah hutan Jabiren yang dengan kondisi rawa basah.

"Jadi memang terdapat beberapa jenis bajakah yang tumbuh disini, mulai simawuket, kararaya, katatau tampirik, tuba dan kalalawit. Semuanya ada di wilayah hutan diJabiren. Namun dari semua jenis tersebut paling banyak dicari adalah yang jenis Bajakah kalalawit," kata Lawi pada media ini tadi.

Jenis Bajakah Kalalwit dikatakan Lawi, memiliki ciri akar yang menjalar dan merambat ke atas pepohonan. Dari Zaman dulu, akar-akaran tersebut memang sudah lama dipercaya sebagai obat khas suku Dayak.

"Saat kita lalu masuk hutan dan lagi perlu air, dulu orang Dayak pasti mencari akar bajakah tersebut untuk diminum, rasanya segar dan dingin. Kemudian oleh beberapa ahli pengobatan tradisional, kulit bajakah bisa dijadikan sebagai ramuan obat untuk jenis penyakit tertentu" katanya.

Meski punya manfaat besar, dikatakan Lawi tidak sembarang orang bisa mengambil Bajakah dihutan. Pasalnya jika salah ambil, maka bisa jadi adalah Bajakah Tuba yang justru memiliki racun dan sangat berbahaya jika dikonsumsi.

“Bajakah Tuba justru dipakai orang untuk menangkap ikan, getahnya ampuh untuk membius ikan jika dilarutkan ke sungai. Makanya jenis bajakah ini tidak bisa konsumsi,” terang Lawi.

Senada dengan Lawi, Tambun warga Desa Garung Jabiren raya mengakui jika kini ia masih menjual bajakah untuk pemesanan pembeli. Kadang kala dirinya juga sengaja menjajakan bajakah didepan rumah.

“Memang tidak seramai dulu. Dulu itu seminggu bisa sampai ratusan kilo yang minta carikan Bajakah. Kalau sekarang paling 2-3 kilo saja dalam seminggu. Biasanya orang pesan untuk dikirimkan ke Jakarta,” terang Tambun. (Sam)

Editor : Dedy



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال