Tumpukan sampah plastik memenuhi daerah sekitaran muara pesisir Kota Sorong Papua Barat. ( Foto: Dok/ Tim ESN). |
POSSINDO.COM, Nasional - Perjalanan Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) sejak 25 Maret silam, yang dimulai dari Kantor Ecoton di Gresik Jawa Timur, kini telah sampai didaerah Sorong Papua Barat sejak 4 November 2022.
Pada sebelumnya tim ESN memilih Pulau Sumatera bagian barat yakni titik Nol Aceh sebagai rute awal untuk melakukan penelitian terhadap pencemaran sungai-sungai di seluruh Indonesia. Kegiatan itu kemudian berlanjut ke daerah lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua yang saat ini tengah disinggahi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tim ESN banyak ditemukan partikel mikroplastik yang sebagian besarnya telah mencemari perairan sungai-sangai di berbagai daerah, tak terkecuali sungai yang ada di Kota Sorong. Pencemaran tersebut akibat dampak tumpukan dan ceceran sampah plastik yang tidak bisa terkelola dengan baik.
Kepada media ini pada (9/11/2022) Rabu tadi, Direktur Eksekutif Institut Pemulihan Dan Perlindungan Sungai dari ESN, Prigi Arisandi mengatakan, untuk saat ini tim ESN melakukan uji mikroplastik disetiap sungai di Kota Sorong, bersama Komunitas Generasi Peduli Sungai Klamono (GPSK) daerah setempat.
Dirinya memaparkan, ada empat sungai yang dipantau diantaranya Sungai Remu beserta muaranya yang ada di Kelurahan Malawei Sorong Manoi, Sungai Klawuyuk di Kelurahan Klawuyuk dan juga Sungai Klawalu, di Kelurahan Klawalu Sorong Timur.
Selanjutnya Sungai Klamono yang berada di daerah Kabupaten Sorong sekaligus sebagai tempat lokasi kontrol penelitian.
"Kami melakukan pengambilan sampel air sungai sebanyak 50 liter. Setelah diamati menggunakan mikroskop portable dengan pembesaran hingga 400 kali hasilnya ditemukan partikel mikroplastik dari rata-rata 148 partikel tersebut. Semuanya ada di sungai yang berbeda di daerah dalam Kota Sorong.
Sedangkan pada lokasi kontrol di Sungai Klamono hanya ditemukan sebanyak empat partikel dalam 100 liter air sungai Klamono. Hal ini bisa diketahui bahwa tersebut dianggap masih bersih dari polusi mikroplastik dibandingkan sungai-sungai lainnya yang ada di kota setempat," terang Prigi Arisandi
Pengelolaan Sampah Masih Belum Maksimal
Dampak pencemaran partikel mikroplastik terhadap perairan sungai yang ada di Kota Sorong Papua Barat, dikarenakan tidak adanya penanganan yang baik didalam mengelola sampah. Menurut koordinator dari Generasi Peduli Sungai Klamono (GPSK) Dody Aleman Wamblesa, terjadinya mikroplastik dikarenakan tidak adanya penyediaan sarana tempat pembuangan sampah yang memadahi oleh Pemerintah daerah setempat, sehingga dengan mudahnya masyarakat membuang sampah ke sungai ataupun di bakar.
Tim ESN terlihat sedang melakukan edukasi kepada masyarakat Kota Sorong tentang bahannya mikroplastik.( Foto : Dok/ ESN). |
"Banyaknya sampah plastik yang tidak terkelola juga memenuhi saluran air dan muara pantai Sorong. Mirisnya lagi sering terdengar mereka saling melempar kesalahan. Pemerintah bilang sampah di sungai karena masyarakat yang kurang sadar, sedangkan masyarakat menyalahkan Pemerintah karena tidak menyediakan sarana pengelolaan sampah yang layak," terang Dody Aleman Wamblesa.
Sementara Direktur Eksekutif Institut Pemulihan Dan Perlindungan Sungai dari ESN menjelaskan, bahwa Indonesia memiliki roadmap pengurangan sampah plastik ke laut hingga 70 persen pada tahun 2025, namun hingga saat ini sampah-sampah yang dihasilkan dari sungai tidak bisa terkendali dan akhirnya memenuhi perairan daerah pesisir.
"Sejauh ini belum ada upaya serius dari pemerintah daerah setempat untuk ikut peduli mengurangi volume sampah plastik yang masuk ke area sekitaran laut. Sebagian besar jenis mikroplastik yang mencemari perairan sorong. Ini merupakan jenis fiber yang berasal dari limbah cair domestik," ungkap Prigi Arisandi.
"Karena bentuk mikroplastik sama dengan plankton, sehingga banyak ikan-ikan yang hidup menganggap bahwa mikroplastik adalah makanan. Semakin banyak sampah plastik masuk ke laut semakin besar terbentuknya mikroplastik dan makin besar peluang ikan makan plastik," pungkasnya. (Arief Suseno/rilis ESN)
Editor : Dedy