Pemprov Maluku Utara Dinilai Belum Serius Benahi Sampah

Terlihat senangnya anak-anak pesisir Pantai Weda Maluku Utara yang ikut membantu tim ESN dan Seasoldier Kota Weda, saat melakukan penelitian. Banyak sampah berbagai merek menumpuk di daerah tersebut. (Foto: Dok ESN For Possindo).

POSSINDO.COM, Ragam - Keseriusan dalam menangani pengurangan sampah yang dilakukan Pemerintah Propinsi (Pemprov) Maluku Utara hingga kini dinilai masih belum serius. Hal tersebut dikarenakan masih banyak ditemukannya sampah-sampah berceceran dan menumpuk diberbagai titik oleh Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN).

Lambannya penanganan tersebut banyak menuai pihak yang kecewa seperti para pemerhati peduli lingkungan di daerah setempat tak terkecuali oleh tim ESN. Kepada media ini pada (7/11/2022) Senin tadi, Direktur Eksekutif Institut Pemulihan Dan Perlindungan Sungai, Prigi Arisandi menjelaskan sejauh ini upaya serius dari pemerintah daerah setempat belum menuaikan hasil dalam menjaga kebersihan lingkungan.

"Sampai sekarang, tidak ada tindakan pemerintah dalam mengurangi luberan sampah plastik ke laut. Dari temuan tim ESN menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah daerah setempat terkait pengurangan sampah seperti masih ada posisi langit yang tinggi, sedangkan realitanya di bumi. Faktanya banyak ditemukan muara-muara sungai sebagai pintu masuknya sampah plastik sehingga laut dipenuhi berbagai jenis sampah," terang Prigi Arisandi.

"Road map atau sebuah cara pengurangan sampah ke laut hingga 70 persen masih belum dipahami oleh pemerintah daerah. Alhasil tidak ada regulasi, strategi dan aksi di daerah itu untuk mengurangi sampah plastik kelautan. Seperti di Ternate, Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Barat, semua sampah yang ada tidak bisa terkelola baik dan dibiarkan menumpuk di pinggir jalan bahkan sampai mengalir ke selokan sungai yang akhirnya hanyut ke laut" tambahnya.

Sampah Plastik Juga Banyak Cemari Pesisir dan Sungai Kota Weda

Seasoldier Kota Weda Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara berkolaborasi bersama tim ESN sebelumnya telah melakukan kegiatan penelitian brand audit di pantai Kota Weda. Banyak ditemukan sampah botol air minum sekali pakai, seperti gelas plastik, popok juga lainnya yang masih menghiasi disekitaran pantai dan sungai daerah tersebut.

Penampakan berbagai sampah plastik berbentuk botol di Pantai Weda Maluku Utara.(Foto: Dok ESN For Possindo).

"Kondisi perairan yang dipenuhi sampah plastik menjadi indikator karena tidak adanya keseriusnya Pemerintah Weda dalam pengelolaan sampah. Dan ini sama sekali tidak peduli dengan Upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi limpasan sampah plastik dari sungai menuju kelaut," ungkap Prigi Arisandi,

Dirinya menjelaskan, dari hasil penelitian yang didapat oleh tim ESN menyebutkan bahwa Indonesia memiliki road map pengurangan sampah plastik kelaut hingga 70 persen pada tahun 2030. Temuan pada perairan Propinsi Maluku Utara masih banyak sampah di muara-muara sungai.

Sementara penggiat Seasoldier Halmahera Tengah, Baba Ali menjelaskan, dalam kegiatan Bran Audit di pesisir Pantai Weda, ada banyak temuan sampah dari berbagai jenis brand-brand terkenal. Seperti Mayora, Wings, Unilever, Indofood, Danone, Unicharam dan Coca Cola teronggok dimuara sungai.

"Temuan brand audit menunjukkan bahwa Mayora mendominasi sampah packaging dari brand terkenal sebesar 18 persen, disusul Wings 12 persen, Unilever 9 persen, unicharm produsen popok mamypoko 7 persen, sedangkan danone dan coca cola masing-masing 4 persen," papar Baba Ali.

Menurutnya, sampah plastik yang ditemukan didominasi oleh sampah botol plastik merk brand lokal Asegar itu tercatat 45 persen. Bisa diketahui bahwa pemberian sampah plastik serta lainnya menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut dan kesehatan warga Maluku Utara.

Prigi Arisandi kembali menjelaskan, bahwa di daerah Maluku Utara sebagian besar sungai-sungainya telah tercemar partikel mikroplastik. Salah satunya seperti yang ada di perairan Weda ini.

"Perairan Weda sudah tercemar mikroplastik, dari dua lokasi sungai dan pesisir pantai telah ditemukan lebih dari 100 partikel dalam 100 liter air. Jenis mikroplastik yang mendominasi adalah jenis fiber dan berasal dari limbah cair domestik pemukiman. Hal ini karena tidak adanya instalasi air limbah di pemukiman, maka air cucian yang membawa mikroplastik akan mencemari perairan Weda," ujarnya.

Sejauh ini terang Prigi Arisandi, tim peneliti ESN juga telah berupaya mendorong Pemprov Maluku Utara agar segera memprioritaskan penanganan sampah yang lebih serius. Serta juga, mengajak masyarakatnya bisa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

"Pemerintah Malut tidak memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik sehingga sampah plastik di daerah ini pada umumnya akan di bakar, ditimbun dilahan terbuka atau dibuang kesungai yang besar potensinya menjadi mikroplastik. Ujung-ujungnya hanyut di air dan menjadi konsumsi ikan, selanjutnya ikan akan kita makan. Apa yang kita buang akan kembali ke meja makan kita," pungkasnya.(Arief Suseno/ Rilis ESN)


Editor : Dedy



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال