“TAPALIT TAHI KADA BAHIRA” Paribasa Dan Ungkapan Banjar, Refleksi Budaya

Noorhalis Majid, pegiat budaya yang sering menulis peribahasa dan tulisan berbahasa Banjar. Foto/FB Noorhalis Majid


POSSINDO.COM, OPINI- Menanggung perbuatan buruk orang lain, padahal tidak melakukannya. Karena menjadi bagian, ikut dalam satu kelompok atau satu komunitas, maka segala hal juga menjadi satu kesatuan. Salah atau buruk pada satu orang, ditanggung oleh semua anggota kelompok, itulah yang dimaksud tapalit tahi kada bahira.

Terkena tahi, padahal tidak berak, demikian arti harfiahnya. Terkesan kasar, karena mengambil perumpamaan tahi. Sebabnya perbuatan buruk memang sangat memalukan – setara tahi. Kalau hanya berdampak atau beresiko bagi diri sendiri, tidak masalah. Sering kali saat tergabung dalam satu kelompok, terikat dalam satu wadah, baik komunitas, regu, organisasi, institusi, korp, atau bentuk lainnya, maka kesalahan yang dilakukan satu orang saja, memberi dampak pada semua komunitas tersebut. Yang lain tidak pernah berbuat, tidak tahu menahu, bahkan rentang jaraknya sangat jauh, tapi juga menanggung akibatnya.

Tentu pernah menyaksikan atau mendengar, perbuatan buruk yang dilakukan salah satu anggota organisasi, memberi dampak buruk bagi anggota lainnya. Kasus “Sambo” yang terjadi pada institusi Kepolisian, menjadi pembelajaran nyata - aktual, betapa perbuatan buruk yang dilakukan seseorang, memberi dampak pada yang lainnya, bahkan berdampak sangat luas. 

Padahal yang lain tidak ikut terlibat, tidak tahu menahu perbuatan yang sudah dilakukan. Tingkah laku satu orang, tergeneralisasi pada semua orang dalam organisasi, bahkan anggota Kepolisian yang bertugas di wilayah yang sangat jauh dari pusat peristiwa, terkena dampak buruknya.

Kasus lainnya tentu juga sering terjadi, bahkan perbuatan buruk satu orang dari suku tertentu, memberi konsekuensi orang-orang yang satu suku dengannya. Peristiwa kerusuhan etnis di Sampit - Sambas, adalah buah dari perbuatan buruk satu orang, tapi berdampak dan meluas pada anggota suku lainnya – menjadi tragedi kemanusiaan yang tidak mungkin dilupakan.

Ungkapan ini memberikan pelajaran, manusia itu makhluk sosial, terikat banyak hal. Jangan sepelekan perbuatan buruk, dapat berdampak pada orang di luar dirinya. Berdampak pada organisasi, paguyuban, institusi, bahkan suku dan agamanya. Bila sudah terikat dalam satu wadah atau komunitas, setiap orang harus menjaga diri, sebab siapapun bisa saja tapalit tahi kada bahira. 

 Oleh Noorhalis Majid -Tokoh Pegiat Budaya Banjar, mantan Kepala Perwakilan Ombudsman RI Kalsel.





Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال