Perangkap Ikan, Beje Mulai Punah

Keberadaan Perangkap ikan tradisional Beje, saat ini mulai langka. Foto/ Screnshoot Youtobe Dody Drone

POSSINDO.COM, Ragam- Sejak dulu, masyarakat di Kalimantan Tengah khususnya penduduk Pulang Pisau begitu dekat dengan perangkap Beje. 

Beje sendiri merupakan kolam yang dipakai menangkap ikan ketika akan musim kemarau. Meski terlihat sederhana, namun tehnik tersebut mampu menghasilkan ikan lokal hingga ratusan kilo sekali tangkap.

“Beje sebenarnya sudah menjadi kearifan masyarakat lokal yang berlangsung turun temurun yang secara nyata prakteknya pun sungguh menghindari kerusakan lingkungan. Lihat saja, bagaimana menangkap ikan hanya dengan menggali dan mampu mengumpulkan ikan hingga ratusan kilo. Berbagai ikan lokal akan dapat, mulai haruan, papuyu, kekapar hingga ikan lele ,” ujar Lubis Sanan, salah satu warga Desa Gohong Kabupaten Pulang Pisau yang mengaku memiliki beberapa buah Beje.

Dijelaskan Lubis, Beje umumnya dibuat oleh orang-orang Dayak yang bermaksud ingin menjebak ikan. Kolam beje ini biasanya digali selama musim kemarau; berukuran lebar 2-4 m, kedalaman 1-2 m, dan panjangnya bervariasi dari 5 m hingga puluhan meter jika dibangun secara komunal (bukan milik perorangan).

Kolam-kolam tersebut biasanya letaknya tidak jauh dari permukiman masyarakat dan dekat dengan sungai agar pada musim hujan mereka akan dipenuhi hujan dan/atau air luapan dari sungai-sungai. Jika musim kemarau Panjang, pemilik beje akan menangkap ikan dibeje secara manual atau biasanya disebut dengan “mengaruhi beje.

 
Namun, meski kearifan lokal tersebut di anggap bagus untuk mempertahankan habitat ikan rawa. Sayangnya, kini hanya sedikit saja masyarakat yang masih mempertahankan menangkap dengan menggunakan beje. Di banding saat ini, justru penyalahgunaan alat tangkap seperti setrum menurutnya justru yang banyak di gunakan, padahal dampaknya jelas merugikan habubat ikan jika di banding dengan Beje.

Dikatakan Kepala Dinas Perikanan Pulang Pisau, Slamet Untung Rianto jika Cara kerja Beje yakni dengan membuat kolam besar di musim kemarau, sehingga ketika air mengering kolam yang tadinya kosong akan menjadi tumpuan berkumpulnya ikan-ikan.

“Sayangnya, beje ini masih belum cukup efektif untuk melakukan perbanyakan pembudiyaaan ikan. Cara tersebut merupakan tradisi kearifan lokal yang cukup unik yang dilalukan warga untuk menangkap ikan tanpak merusak habitatnya,” ungkap Slamet. (Sam)

Editor : Dedy

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال