Gadis Cilik Asal Gresik Bersurat Ke Presiden RI, Dorong Penanganan Sampah Plastik

Senyum Aeshnina Azzahra Aqilani atau Nina anak berusia 15 tahun asal Gresik Jatim, saat ingin mengirim surat kepada Presiden Jokowi. (Foto/ Dok: Ecoton Foundation)

POS SINDO.COM, Nasional - Aeshnina Azzahra Aqilani anak berusia 15 tahun asal Gresik Jawa Timur (Jatim) ini, untuk yang kesekian kalinya mengirimkan surat kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo atau Jokowi. Hal itu dilakukan sebagai permintaan serta dorongan agar pemerintah bisa lebih tanggap dalam menangani persoalan terkait sampah plastik.

Seperti diketahui, bahwa lingkungan wilayah disetiap daerah Indonesia pada saat ini sedang mengalami kondisi yang memprihatinkan, akibat dampak pencemaran yang di sebabkan dari sampah plastik. Mulai dari mencemari hutan di pegunungan sampai di dasar lautan.

Bukan untuk pertama kalinya, Nina biasa di sapa oleh teman sebayanya ini telah mengirim surat kepada Bapak Presiden Indonesia. Pada Februari 2022 silam, ia sempat mengirimkan surat yang sama. Niat dari tujuannya itu semata agar pemerintah mau menghentikan impor sampah plastik. Selain itu juga mengajak teman-temannya untuk mau ikut peduli menjaga lingkungan.

Menurutnya, sampah impor sudah banyak menumpuk dan terlihat tercecer, bahkan dibakar di lingkungan sekitar tempat tinggalnya yang jaraknya tidak jauh dari pabrik di daerah setempat. Dari pabrik tersebut biasa melakukan produksi untuk mendaur ulang kertas dan plastik.

"Belum lama ini saya menyimak vidio dari Presiden Jokowi mengeluh masalah sampah yang belum tertangani. Di acara Rapat Kerja Nasional Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup. Kondisinya sama dengan fakta yang ada dilapangan, karena produksi sampah terus bertambah tidak terkendali," ucap anak berusia 15 tahun ini, di kutip dari Ecoton Foundation (18/1/2023) Rabu tadi.

"Saya sering melakukan audit sampah plastik di sungai dan juga di pantai. Masih banyak ditemukan sampah yang tercecer. Sampah itu kemasan plastik sekali pakai seperti tas kresek, kemasan sachet, popok, styrofoam, sedotan dan botol plastik. Produk dan kemasan plastik sekali pakai harus dikurangi," ujarnya.

Dalam suratnya, Nina menyampaikan 3 usulan untuk penanganan sampah di indonesia:

1.Mencanangkan gerakan sekolah bebas plastik dan kantin sehat, yang menerapkan 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Repurpose, Recycle). Kantin sekolah harus menyediakan makanan sehat alami yang tidak dikemas plastik, melarang makanan minuman sachet yang bergizi rendah dan mengandung bahan tambahan kimia yang membahayakan kesehatan anak. 

Setiap sekolah harus menegakkan larangan plastik sekali pakai dan mewajibkan semua warga sekolah pilah sampah, menyediakan sarana tempat pengumpulan sampah terpilah serta mengolah sampah organik menjadi kompos dan ekoenzim di lingkungan sekolah. Membakar sampah di sekolah harus dilarang untuk melindungi anak dari menghirup udara beracun dan partikel mikroplastik yang membahayakan kesehatan.

2.Membentuk tim satgas yang menegakkan aturan di setiap desa untuk menghentikan pembakaran sampah di kawasan permukiman, lembaga pendidikan dan area publik lainnya, serta menghentikan kebiasaan masyarakat membuang sampah ke perairan dan di sembarang tempat. 

Banyak masyarakat menangani sampah dengan membakar sampah plastik padahal membakar plastik melepaskan racun abadi dioksin pemicu kanker dan menurunkan kecerdasan anak.

3.Meluncurkan gerakan nasional kurangi produksi plastik dan menegakkan aturan wajib pilah sampah di sumbernya serta menyediakan sarana pengolahan sampah terpilah secara menyeluruh di tiap desa seluruh Indonesia.

Supaya masyarakat tidak menangani sampah dengan cara yang salah, seperti dibakar, ditimbun atau dibuang ke sungai dan laut. Produksi plastik harus dikurangi karena plastik dibuat dari minyak bumi dan bahan kimia yang beracun dan dapat menggangu sistem hormon serta memicu kanker.

Nina berharap, surat yang dikirimkan bisa segera mendapat respon dan balasan dari pemerintah. Ia menambahkan, sebagai generasi muda penerus bangsa, saya tidak mau lingkungan dan tempat tinggal kami tercemar dengan sampah plastik yang tidak bisa terurai. Apalagi air sungainya sampai tercemar racun mikroplastik. (Arief Suseno)

Editor : Dedy

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال