Ilustrasi Pemandangan deretan truk yang mengantri untuk mendapatkan BBM jenis Solar. Foto/ IST |
Selain antrian yang panjang, sulitnya armada angkutan memperoleh solar bersubsidi ada dugaan tidak tepat sasaran. Tidak tepat sasaran tersebut adanya antrian solar bersubsidi yang dilakukan kendaraan (truk) tidak bermuatan. Yang seharusnya antrian diutamakan bagi kendaraan yang bermuatan karena memang harus mendistribusikan atau melakukan perjalanan. Sehingga mayoritas pelaku/pengusaha armada angkutan beralih ke Dexlite walaupun harganya sangat tinggi dibandingkan Bio Solar.
“Jika benar-benar mengantri diluar DO dapat menghabiskan waktu sekitar 3 sampai 4 hari. Kami telah beralih ke Dexlite karena ngapain buang-buang waktu (antrian yang panjang) karena kalau dihitung-hitung rugi secara waktu,” jelas Jajang, Pria yang kesehariannya mendistribusikan pupuk.
Sementara itu salah satu Pengusaha angkutan,Ratno turut menyuarakan agar solar dijadikan satu harga atau penghapusan penjualan solar bersubsidi. Hal tersebut menurutnya bertujuan agar tidak terdapat salah sasaran penjualan solar bersubsidi atau perlu kebijakan lain terhadap solar bersubsidi sehingga yang berhak yang mendapatkan, seperti nelayan, petani, dan angkutan logistik.
Penghapusan penjualan bersubsidi dinilai tepat karena permasalahan solar bersubsidi telah berlangsung lama. Permasalahan tersebut membuat pengusaha angkutan dan supir merasa tidak adanya indikasi perbaikan. Solar bersubsidi saat ini menimbulkan yang tidak hanya antrian panjang dan tidak tepat sasaran, namun turut terjadi pelangsiran dan Pungli.
“Saya mendukung penghapusan penjualan solar bersubsidi yang disuarakan ALFI Kalteng karena terlalu tingginya gap antara Bio Solar dan Dexlite ataupun Pertamina Dex. Saat ini subsidi solar kurang tepat sasaran karena berbagai celah permainan,” ucap pengusaha angkutan Ratno.
Sependapat dengan Ratno, Jajang turut mendukung satu harga solar dengan menghapus solar bersubsidi. Selisih harga solar bersubsidi dan non subsidi yang masih tinggi, terus akan ada permasalahan tidak tepat sasarannya peruntukan solar bersubsidi.
Sebelumnya, ALFI telah menyuarakan penghapusan penjualan bersubsidi dengan menggelar aksi damai kepada DPRD Kotim pada Selasa (23 Agustus 2022). Aksi damai tersebut karena pengusaha dan pelaku angkutan logistik kesulitan memperoleh solar bersubsidi. Bahkan terdapat dugaan Pungli terhadap angkutan yang mengantri solar bersubsidi.
“Guna mendapatkan solar bersubsidi armada angkutan harus mengantri cukup lama (berhari-hari), setidaknya sekitar satu hari lebih, selain itu ada Pungli. Antrian itu memperlambat distribusi barang,” jelas Sekretaris Umum ALFI Kalteng Budi Hariono beberapa waktu lalu. (Alex)
Editor : Dedy
Tags
Kotawaringin Timur