Mengenal “Penyang”, Pusaka Bagi Kehidupan Orang Dayak


Keberadaan penyang yang akrab sebagai salah satu Pusaka bagi kehidupan orang dayak. Foto/IST

POS SINDO.COM, Ragam- Di setiap daerah umumnya memiliki tradisi dan kekayaan budaya yang tinggi nilainya, salah satunya seperti kekayaan budaya yang di miliki suku Dayak di Kalimantan tengah yang sejak lama dengan keberadaan Penyang.

Penyang dalam kehidupan warga Dayak Kalimantan Tengah, merupakan sebuah jimat yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang atau leluluhur pada keluarga dalam Suku Dayak. Penyang dipercaya sebagai sarana dari Jubata, Hatala ( Tuhan) yangbisa memberikan kekuatan tersendiri bagi si pemilik.

Bentuk Penyang

Penyang bisanya berasal dari kayu-kayuan, batu-batuan, botol-botol kecil yang didalamnya terdapat minyak khusus dan tertutup rapat, ada juga taring, kuku atau kulit binatang buas seperti taring buaya, babi hutan.

Penyang juga berbeda dengan Basal, dimana jika basal terdiri atas rajah atau barang-barang bertuah yang dibungkus di dalam kain sabuk bewarna kuning, hitam, merah atau putih dan keberadaannya tidak bisa terlihat langsung, karena memang si pemilik akan menyelipkannya dalam dompet, saku atau bahkan dalam tubuh.

Sementara Penyang sendiri justru suku Dayak justru ditempatkan secara terbuka. Ia dilekatkan di sarung Mandau atau bahkan dijadikan kalung dengan maksud mudah terlihat oleh lawan. Dan memang harus dilihat oleh lawan karena beberapa penyang memiliki fungsi membuat ciut nyali lawan ketika melihat langsung keberadaan penyang.

Sulitnya Mendapatkan Bahan Penyang

Bahan yang kerap digunakan sebagai Penyang adalah berupa taring hewan buas yang memang didapatkan sendiri oleh pemilik dengan cara berburu. Setiap kali hasil buruan, maka taring-taringnya akan dikumpulkan dan digantung pada mandau sebagai symbol keberanian.

Tidak heran taring yang kerap dipakai adalah binatang buas yang memang pernah dibunuh secara langsung seperti buaya, beruang, macan, harimau dan babi hutan yang masuk binatang yang sulit diburu.

Begitu juga untuk jenis kayu-kayu yang diambil sebagai penyang, biasanya kayu pilihan yang didapatkan langsung didalam hutan dengan pengamatan dan ritual khusus. Seperti jarangan, tabalien ukir dan kayu manang. Untuk kayu manang merupakan jenis kayu unik yang secara alamiah mengalami peristiwa langka, yakni kayu tersebut dibelit oleh tumbuhan lain namun justru tumbuhan pembelit yang mati, pada peristiwa tersebut kayu itu disebut kayu manang dan bisa dijadikan penyang.

Pantangan Penyang

Beragam benda-benda yang dianggap memiliki tuah tersebut akan diikatkan dengan tali khusus dan dijadikan satu dengan sarung Mandau. Dengan maksud ketika akan berperang maka kekuatan dan dorongan dari Penyang akan bisa menambah keberanian dan juga kemenangan dalam pertempuran.

Untuk itu keberadaan penyang bagi orang Dayak di anggap cukup sakral dan menjadi bagian pusaka yang dirawat dengan sepenuh hati. Bahkan di waktu tertentu pusaka tersebut akan diritual secara khusus agar kekuatannya bisa terpelihara.

Orang lain pun dilarang mempermainkan dan menganggap sepele keberadaan Penyang yang dimiliki orang lain, meskipun melihat bentuknya yang aneh atau kuno.

Bahkan sebuah penyang dianggap bertuah jika usianya cukup berumur. Bagi orang lain yang menghina penyang biasanya aka nada sanksi adat, atau jika pelanggarannya cukup fatal bisa saja pusaka tersebut akan menyerang yang bersangkutan. (Redaksi)

Tulisan dihimpun dari berbagai sumber.







Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال