Survei SMRC Maret 2023: 3 Parpol Mengalami Kenaikan, Parpol Non Parlemen Belum Dapat Bersaing

Hasil survey dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang pilihan partai. Sumber : Srensohoot YouTube SMRC TV

POS SINDO.COM, Politik - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) baru-baru ini merilis survei yang bertemakan “Trend Elektabilitas Partai”. Direktur Riset SMRC Deni Irvani mempresentasikan hasil survei tersebut melalui kanal YouTube SMRC TV pada Minggu (19/3/2023). Survei tersebut dilakukan pada Maret 2023 untuk mengukur tingkat elektabilitas Parpol peserta Pemilu 2024 dengan membandingkan elektabilitas pada Pemilu 2019.

Survei “Trend Elektabilitas Partai” dilakukan melalui wawancara tatap muka pada 2-11 Maret 2023 dengan target WNI yang punya hak pilih dalam Pemilu (berusia 17 tahun/lebih atau sudah menikah) sebanyak 1220 responden. Responden dipilih secara random (stratified multistage random sampling) dengan response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1061 atau 87%. Hasil tersebut dianalisis dengan margin of error sekitar 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Survei tersebut menunjukkan hasil jika Pemilu legislatif dilaksanakan saat survei dilakukan (Maret 2023), PDIP mendapatkan dukungan terbesar (23,4 persen); diikuti Gerindra (14,1 persen); PKB (10,3 persen); Golkar (9,1 persen); Nasdem (7 persen); Demokrat (5,9 persen); PKS (5,7 persen); PPP (2,4 persen); PAN (1,9 persen); Perindo (1,7 persen); dan PSI (1,1 persen). Parpol lainnya memperoleh suara dibawah 1 persen serta masyarakat yang belum tahu atau tidak menjawab 15,3 persen. Parpol yang memperoleh suara dibawah 1 persen, yakni PBB, Partai Hanura, Partai Gelora, PKN, Partai Buruh, Partai Gelora, dan Partai Ummat.

Deni Irvani menjelaskan jika dibanding hasil Pemilu 2019, dukungan PDIP naik dari 19,3 persen menjadi 23,4 persen, diikuti Gerindra (12,6 persen menjadi 14,1 persen) dan PKB (dari 9,7 persen menjadi 10,3 persen). Berbanding terbalik dengan ketiga Parpol tersebut, Parpol lainnya cenderung menurun dukungannya dibandingkan Pemilu 2019.

“Elektabilitas sebagian besar partai belum pulih. Partai Parlemen seperti PPP dan PAN sebagaimana temuan-temuan survei sebelumnya (survei SMRC) berada pada zona yang belum aman untuk masuk ke parlemen (ambang batas 4 persen),” jelas Deni Irvani saat memaparkan hasil riset pada 19 Maret 2023.

Kenaikan dukungan PDIP, Gerindra, dan PKB, salah satu faktornya berada dalam koalisi yang mendukung Pemerintah Jokowi-Amin. Selain itu, pergerakan sosialisasi seperti Gerindra yang telah mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai Capres dari Gerindra.

“Tiap Parpol punya peluang menaikkan dukungan karena masih sekitar 15,3% pemilih yang belum menentukan pilihan,” Imbuh Deni Irvani.

PDIP, Golkar, dan Gerindra

Elektabilitas PDIP Maret 2023 walaupun naik dibandingkan Pemilu 2019, namun secara tren masih fluktuatif, dengan puncak elektabilitas pada Maret 2022 (27,6 persen). Sementara itu, PDIP memiliki tren penurunan sejak November 2022 (25,6 persen) ke Maret 2023 (23,4 persen).

“Ada kecenderungan penurunan dalam tiga bulan, ini perlu diwaspadai Parpol (PDIP)”, jelas Deni Irvani.

Elektabilitas Golkar mengalami penurunan sekitar 3,2 persen dari hasil Pemilu 2019 (12,3 persen) menjadi 9,1 persen pada Maret 2023. Selain itu, tren elektabilitas Golkar tidak pernah melebihi perolehan suara pada Pemilu 2019. Belum ada perubahan berarti berdasarkan tren elektabilitas dari upaya-upaya pergerakan Golkar.

Elektabilitas Gerindra mengalami peningkatan sedikit dari 12,6 persen pada Pemilu 2019 menjadi 14,1 persen pada Maret 2023. Selama itu pula tren elektabilitas Gerindra sangat fluktuatif yang pernah mencapai titik terendah 7,7 persen pada Oktober 2020, namun perlahan meningkat. Sementara itu, elektabilitas Gerindra naik drastis sejak Desember 2022 (8,9 persen) ke 14,1 persen pada Maret 2023.

“Mengapa naik signifikan? kita (SMRC) melihat makin menguatnya kedekatan Prabowo ke Jokowi dan semakin menguat sebagai Capres penerus Jokowi,” jelas Deni Irvani.

PKB, Demokrat, dan PKS

Elektabilitas PKB walaupun naik dibandingkan perolehan Pemilu 2019 (dari 9,7 persen ke 10,3 persen), namun tren masih sangat fluktuatif dan labil. PKB masih terus bersosialisasi ke masyarakat. Elektabilitas Demokrat memiliki tren naik-turun, walaupun pernah mencapai titik tertinggi 8,9 persen pada Desember 2022. Meninjau hal tersebut, Demokrat mengalami penurunan yang sangat drastis ke 5,9 persen pada Maret 2023.

Elektabilitas PKS mengalami penurunan dari 8,2 persen pada Pemilu 2019 ke 5,7 persen pada Maret 2023. Penurunan tersebut dinilai PKS yang berada pada oposisi Pemerintah. Namun, secara tren pendek sejak November 2022, elektabilitas PKS cenderung stabil.

“PKS berbeda dengan Demokrat tren elektabilitasnya walaupun sama-sama berada pada oposisi. Tapi, PKS biasanya memiliki cara efektif dalam sosialisasi atau kampanye pada masa kampanye sehingga mampu memperoleh suara lebih tinggi dari hasil-hasil survei sebelumnya,” jelas Deni mengenai tren elektabilitas PKS.

Nasdem, PAN, dan PPP

Tren elektabilitas walaupun mengalami penurunan dari 9,1 persen (Pemilu 2019) ke 7,0 persen pada Maret 2023. Secara rata-rata elektabilitas Nasdem rata-rata berada pada 4 persen.

“Nasdem mengalami kemajuan 3 bulan terakhir dari 3,2 persen pada Desember 2022 ke 7,0 persen. Salah satu faktornya adanya perolehan suara dari Anies Baswedan,” jelas Deni Irvani

Elektabilitas PPP sejak Pemilu 2019 (4,5 persen) turun menjadi 2,4 persen pada Maret 2023. Belum ada hasil survei melebihi hasil Pemilu 2019. Sementara itu, PAN tidak terdapat dinamika yang mana penurunan secara perlahan.

Parpol Non Parlemen

Perolehan suara gabungan Parpol non Parlemen terus mengalami penurunan dari 9,7 persen pada Pemilu 2019 ke 4,9 persen pada Maret 2023. Parpol non Parlemen masih perlu kerja keras agar dapat masuk ke parlemen dengan ambang batas 4 persen. Selain itu, tren jangka pendek sejak Desember 2022 (7,7 persen) menjadi 4,9 persen. ( Alex)

Editor : Dedy

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال