Waduh ! Gelatik Jawa Endemik di Ambang Kepunahan

Penampakan Burung Gelatik Jawa, endemik yang dilindungi terancam punah. Foto/Arief Suseno

POS SINDO.COM, Nasional – Gelatik Jawa (Padda oryzivora) merupakan spesies burung endemik yang kini kebaradaannya mulai terancam punah. Masuk kedalam hewan dilindungi namun masih kerap ditemui dipasaran, seperti yang ada di Pasar Burung Pramuka Jakarta Timur begitu pula para penjual burung keliling dengan gerobak.

Berdasarkan pantauan media ini beberapa waktu lalu (07/2/2023), burung mungil berukuran 15 Centimeter berparuh merah nan menawan, ternyata kerap menjadi incaran para penghobi burung kicau. Tak sedikit dari mereka membeli dari pedangang yang menjual burung tersebut dengan sistem ombyokan. Alasannya selain harga relaitif terjangkau penghobi bisa memilih burung sesuai selera.

Menurut penuturan singkat salah satu penjual burung di pasar tersebut sebut saja Marzuki, terkadang masih sering ada para pedagang yang menjual burung masuk kategori di lindungi. Seperti, beo, burung hantu, dan burung jenis lainnya.

"Kalau saya lebih baik jual yang aman tidak beresiko atau melanggar hukum. Apalagi burung yang dilindungi. Biar sedikit yang penting berkah, makanya saya jual burung parkit ini, saya jinakkan untuk hiburan anak-anak" ucapnya.

Fenomena ini tentu menjadi catatan tersendiri dalam mendukung pelestarian satwa terancam punah dan dilundungi. Upaya penegakan hukum yang ditekankan oleh pemerintah bagai tak bergeming.

Menurut daftar merah IUCN, dikutip dari scentsindonesia.com bahwa Gelatik Jawa dengan status endangered atau terancam punah masuk kedalam satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Pada1980-1990an populasi Gelatik Jawa terbilang tinggi. Maraknya perburuan serta ketersediaan pakan alami di habitatnya yang lambat menyebabkan burung-burung ini berpindah ke area persawahan warga untuk mencari makan. Hal tersebut berkaitan dengan pembukaan lahan secara besar-besaran di Pulau Jawa kala itu.

Akibatnya konflik dengan para petani tidak dapat dihindari. Burung ini dianggap sebagai hama dan diburu secara besar-besaran. Kebiasaannya terbang bergerombol menjadikan semakin mudah untuk ditangkap secara massal.

Selain itu sifatnya yang setia terhadap pasangan menyebabkan laju regenerasi burung ini lebih lambat, sehingga populasinya menurun drastis hingga 50 Persen selama kurun waktu 20 tahun terakhir.

Menelaah soal itu populasinya tentu menjadi catatan penting dalam mendukung pelastarian lingkungan dan satwa dilindungi. Pertanyaanya, sering kerap ditemui di pasar-pasar burung tentu saja menjadi bukti nyata bahwa perburuan dan perdagangan satwa liar sangat berpengaruh terhadap penurunan populasi hewan di alam.

Mencegah perburuan dan perdagangan hewan liar perlu untuk terus diupayakan agar tidak ada lagi hewan yang punah dari alam ini. Selain itu kelestarian habitat alami untuk satwa liar sangat penting untuk keberlangsungan hidup mereka (Gelatik Jawa) agar bisa terjamin serta meminimalisir konflik dengan manusia.

Saat ini berbagai upaya untuk mengembalikan populasi Gelatik Jawa mulai banyak dilakukan. Meski bukan pekerjaan yang mudah namun bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.

Mengenal Gelatik Jawa Dan Keunikannya

Gelatik jawa pertama kali ditemukan oleh Linnaeus pada 1758. Secara alami habitat burung Gelatik Jawa hidup di hutan bakau, pesisir pantai, serta lahan-lahan terbuka.

Dalam setahun burung ini berkembangbiak setiap Februari hingga Agustus. Pada musim itulah mereka membuat sarang dari rumput-rumput kering yang sengaja diletakkan pada rongga pohon.

 

Gelatik Jawa didalam kandang ombyokan di salah satu kios burung yang ada di Pasar Burung Pramuka Jakarta Timur. Foto/Arief Suseno
Seperti diketahui pesebaran Gelatik Jawa terbatas yakni di Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan disekitar manusia membuatnya mudah dijumpai di banyak tempat seperti lahan pertanian, pekarangan rumah maupun wilayah perkotaan.

Sisi unik dari Gelatik Jawa ternyata masih dipercaya dan dianggap sebagai burung pembawa keberuntungan. Sebagain dari masyarakat luas menjadikan burung ini bisa memberi rejeki bagi yang merawatnya. Mitos inilah masuk kedalam primbon jawa, jika seseorang memelihara Burung Puter atau Dederuk Jawa maka rezekinya akan selalu berputar dan tidak akan habis.

Perilaku burung ini cenderung berkelompok dan cepat berpindah-pindah tempat. Gelatik Jawa senang memakan bulir padi atau beras, juga biji-bijian lain, buah dan serangga. Hal ini sempat dianggap hama oleh para petani, namun keberadaannya sudah mulai berkurang.

Sejatinya jenis burung di Indonesia keragamannya sangatlah tinggi ada sekitar 1.712 jenis burung yang masuk kedalam kategori endemik. Kendati begitu negara ini memegang daftar pajang jening burung yang terancam punah. Salah satunya Gelatik Jawa yang mulai terancam kepunahannya. (Arief Suseno)

Editor : Dedy

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال