Cuaca ekstrem yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.
POSSINDO.COM, Pulang Pisau - Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Osa Maliki melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Tekson (2/5/2023) mengatakan suhu panas akibat perubahan iklim yang menyelimuti hampir di sejumlah daerah di Indonesia, tidak terkecuali dirasakan juga di Kabupaten Pulang Pisau pada akhir-akhir ini tentunya tidak bisa disepelekan begitu saja.
Selain bisa menimbulkan kekhawatiran akibat dari dampaknya, seperti terjadinya kebakaran hutan, suhu panas akibat perubahan iklim ini bisa menyerang kesehatan manusia perlu diwaspadai. Dampak perubahan iklim di kabupaten setempat ini mengakibatkan cuaca panas dengan suhu yang bisa dirasakan sekitar Pukul 09.00 -14.00.
Tekson mengungkapkan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah menyampaikan terkait perubahan iklim ini. Seperti terjadinya cuaca panas yang dianggap sudah melebihi suhu pada batas maksimum bisa mencapai sekitar 38 derajat Celcius, padahal suhu panas terbaca pada alat ukur hanya 31 derajat Celcius.
Dirinya menjelaskan, perubahan suhu panas terbilang sangat ekstrim ini diakibatkan dari kiriman Angin Muson Timur dari Australia yang mengirimkan angin panas atau awan panas. Dari situlah dampak angin menimbulkan cuaca ekstrim pada siang hari dan berlanjut sore hari terjadi hujan lebat.
Seperti diketahui, Angin muson timur terjadi pada periode April hingga Oktober. Pada bulan tersebut, kondisi Indonesia mengalami musim kemarau. Kondisi ini membuat BPBD setempat menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar tetap selalu waspada terhadap kondisi cuaca sengan suhu panas. Salah satu pencegahannya adalah menggunakan alat pelindung seperti payung ketika sedang keluar rumah pada siang hari.
Lanjut dikatakan Tekson, Kabupaten Pulang Pisau sangat rawan terjadi cuaca ekstrim yang bisa menimbulkan bencana. Perubahan iklim sering disertai membawa gelombang pasang, angin puting beliung, dan air pasang tinggi. Bencana penyerta ini yang menjadi kekhawatiran kita, disamping terjadinya cuaca panas dari BMKG yang menyatakan telah memasuki musim kemarau.
Perubahan Iklim Membuat Gambut Kian Menipis
Berdasarkan informasi BMKG wilayah sebagian Kalimantan dan Sumatra telah terjadi kekeringan. Kekeringan di Kalimantan berbeda dengan daerah lain seperti di daerah Pulau Jawa yang kekurangan air, melainkan tingkat lapisan tanah gambut yang semakin menipis.
Tekson menjelaskan, Kabupaten Pulang Pisau telah mengalami kekeringan sejak 2015-2019 yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan menyebabkan lahan semakin kritis akibat gambut yang menipis.
Menurut Tekson, hutan di Kabupaten Pulang Pisau yang ada hanya ada di wilayah Kecamatan Kahayan Hilir. Diluar wilayah itu kondisi hutannya sudah kritis. Kalimantan memang terkenal dengan lahan gambutnya, sehingga perubahan iklim dengan mudah menyebabkan tanah gambut menjadi kering, dampaknya bisa menimbulkan kebakaran hutan.
Akibat perubahan iklim yang tengah terjadi ini, terang Tekson, BMKG sebelumnya telah mengingatkan mulai dari awal tahun 2023 memastikan di wilayah sebagian Kalimantan, Sumatra, bisa terjadi kekeringan.
Ia menegaskan, apabila tidak cepat diantisipasi bisa berbahaya terhadap kesehatan masyarakat. Dengan menggerakkan kesiapsiagaan bencana sejak dini dan mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama melakukan upaya antisipasi maka dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir. (Penulis: ARIEF SUSENO/ Uploader: DUDENK)