Film
dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso. Foto/Netflix |
Kisah kasus pembunuhan Wayan Mirna dengan terpidana Jessica Wongso pernah
menjadi drama pertelevisian pada tujuh tahun lalu. Pun, ada tokoh yang terlibat
di dalam kasus itu juga menjadi sorotan dalam drama peradilan dan kriminal
besar di Indonesia beberapa waktu lalu.
Jelas, sensasi-sensasi drama ala telenovela, kisah gangster dan mafia, serta
pembunuhan macam cerita Sherlock Holmes atau Detective Conan dalam dokumenter
ini membuat satu jam 26 menit jadi tidak terasa.
Padahal, pada dasarnya dokumenter ini hanyalah menampilkan koleksi-koleksi
footage berita, kesaksian jurnalis yang meliput, wawancara dengan ayah dan
orang terdekat Mirna, pengacara Jessica, sebagian saksi dan petugas yang ada di
pengadilan, dan komentar pengamat.
Dokumenter ini pun juga tidak membahas secara dalam soal kasus tersebut, atau
hubungan mendalam antara Mirna dan Jessica, atau mungkin peluang masalah lain
yang dihadapi Mirna sebelum kejadian tragis tersebut.
Selain itu, dokumenter ini juga lebih mengarah pada drama alih-alih dokumenter
sejati.
Hal itu terlihat dari bagaimana naskah yang menggiring alur cerita dokumenter
ini berperan sangat penting atas persepsi yang ditangkap penonton, alih-alih membiarkan
penonton menebak dan berenang sendiri dalam cerita bergambar yang ditampilkan.
Namun justru hal itulah yang memenuhi selera masyarakat Indonesia yang menjadi
sasaran utama dokumenter ini.