Kebiasaan Berbicara Sendiri Memiliki Efek Baik untuk Diri Sendiri. Tergantung apa yang Dibicarakan, Apakah Pembahasannya Mengandung Sisi Positif atau Sisi Negatif. Foto/klikdokter.com |
Saat perenungan tersebut, kita kerap mendapatkan dorongan untuk bangkit. Namun, sering kali kita juga merasa rendah dan kecewa terhadap diri sendiri, karena sadar atas ketidakmampuan untuk bertahan.
Dikatakan kita sebagai individu kerap berfokus pada kekurangan kita, sehingga tak jarang memandang rendah diri sendiri karena merasa tidak mampu.
Dalam hidup ini, ada banyak hal-hal tidak terduga yang terjadi di luar kendali kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki persepsi yang luas dalam memandang kemampuan serta kondisi diri sendiri.
Self-talk Positif atau Self-talk Negatif, Pilih yang Mana?
Melansir Healthline, self-talk positif terjadi ketika kita berusaha mendorong diri untuk tetap optimis. Lewat kata-kata afirmatif, self-talk positif memperbolehkan kita mengakui kegagalan dan kesedihan, namun juga mendorong diri kita untuk tetap melangkah.
Namun, sadar tidak sadar, dibanding menerapkan self-talk positif, kita cenderung melakukan self-talk negatif. Menurut Health Direct, self-talk negatif terjadi ketika kita kecewa dan tidak percaya dengan diri sendiri.
Kata-kata seperti “Seharusnya aku bisa lebih baik lagi” atau “Kalau aku lebih pintar, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini” menjadi wujud atas perasaan marah pada ketidakmampuan diri.
Kedua
bentuk self-talk di atas selalu hadir di setiap aspek dan peristiwa di
kehidupan kita. Di dalam hidup, tidak selamanya hal yang kita inginkan akan
kita dapatkan, dan tidak selamanya hal yang kita rencanakan akan terjadi.
Sumber : kompas.com