Jerawat adalah kondisi kulit yang umum terjadi ketika folikel rambut tersumbat minyak dan sel-sel kulit mati. Foto/Net |
POSSINDO.COM, Ragam -Gejala jerawat yang umum, termasuk komedo, papula, muncul benjol berisi nanah, hingga tonjolan besar yang terasa nyeri atau disebut nodul.
Jerawat umumnya disebabkan oleh produksi minyak (sebum) yang berlebihan. Kebiasaan mengonsumsi makanan berminyak, mengandung banyak lemak, dan tinggi gula juga bisa memicu timbulnya jerawat.
Kemudian, paparan polusi atau radikal bebas lain serta bakteri bisa juga memicu masalah kulit ini. Lalu, apakah stres dapat menyebabkan jerawat?
Ya, stres dapat memengaruhi kesehatan kulit karena memicu perubahan hormon. Untuk lebih jelasnya, simak pemaparan dokter berikut.
Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Arieffah, Sp.KK mengatakan bahwa stres bisa menjadi salah satu penyebab jerawat.
Menurut Arieffah, stres menyebabkan kadar hormon androgen menjadi tinggi sehingga produksi minyak menjadi tidak terkontrol.
"Stres bisa meningkatkan hormon. Nah, salah satu hormon yang mengalami peningkatan adalah hormon androgen," kata dr.Arieffah, Kamis (12/9/2024).
"Hormon androgen berperan dalam regulasi atau pengaturan produksi kelenjar minyak sehingga karena stimulasi tersebut maka muncul jerawat. Karena salah satu patogen penyebab terjadinya jerawat yaitu kadar androgen tinggi.
Selain androgen, jenis hormon lain yang bisa menyebabkan jerawat yaitu kortisol.
Dilansir dari Verywell Mind, kortisol adalah hormon stres yang dilepaskan oleh sistem endokrin sebagai respons terhadap stres dan tekanan.
Hormon kortisol mengakibatkan produksi sebum di kulit mengalami peningkatan. Akibatnya, pori-pori kulit akan tersumbat dan muncul jerawat yang menyebabkan ketidaknyamanan.
Fluktuasi hormon estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi juga dapat mengakibatkan wajah berjerawat.
Sumber : kompas.com