Ilustrasi Strawberry Generation. Foto/Freepik |
POSSINDO.COM, Ragam -Istilah "strawberry generation" atau generasi strawberry menggambarkan generasi muda yang rentan dan lemah dalam menghadapi tekanan.
Namun, apa yang sebenarnya menyebabkan anak-anak tumbuh menjadi bagian dari generasi strawberry?
Menurut Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali, terdapat beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap fenomena ini.
1. Orangtua yang Kalah dengan Anak
Salah satu penyebabnya adalah orangtua yang cenderung kalah dalam mengasuh anak.
Banyak orangtua saat ini bekerja dalam mode double income, yang membuat mereka lebih memilih menitipkan anak kepada pengasuh.
“Karena orangtua yang lebih berpendidikan dan berpengalaman, satu jam kerja mereka menghasilkan pendapatan yang besar, jadi mereka memilih membayar orang lain untuk mengurus anak. Dengan begitu, mereka tidak bisa tegas dan sering kali bisa diatur oleh anak-anak,” ujar Rhenald pada, Senin (28/10/2024). Melansir dari Kompas.com
2. Kekhawatiran Berlebihan
Kekhawatiran yang berlebihan juga menjadi penyebab mengapa anak bisa tergolong dalam generasi strawberry.
Hal ini menunjukkan, bagaimana orangtua tidak membiarkan anak menghadapi kesulitan sedikit pun, bahkan ketika anak tersebut sudah cukup besar.
3. Selalu Menyelesaikan Masalah Anak
Orangtua yang selalu menyelesaikan masalah anak mereka, karena takut anaknya kesulitan dapat membentuk mental yang lemah.
“Jika setiap kali ada masalah, orangtua yang turun tangan, anak tidak akan memiliki karakter,” tutur Rhenald.
Selalu membela anak ketika anak bersalah, demi menghindari masalah, dapat berdampak buruk pada perkembangan karakter mereka.
Rhenald mengamati kasus di mana orangtua berusaha menyelesaikan konflik anak dengan teman, hingga menyewa pengacara tanpa mempertimbangkan kebenarannya.
4. Contoh Buruk dari Orangtua
Anak-anak juga bisa menjadi generasi strawberry, karena orangtua memberikan contoh yang tidak baik. Ketika orangtua melanggar aturan, anak akan melihat dan mencontohnya.
“Orangtua sering menyerobot antrean, dan anak menyaksikan itu. Saat dibonceng, anak melihat orangtuanya mengemudikan motor melawan arus. Ketika ditangkap polisi, malah polisinya yang dicaci maki,” jelas Rhenald.
Dalam situasi lain, orangtua bisa marah pada guru yang menegur anak mereka atau wasit yang mengatur pertandingan.
5. Sekolah Kurang Mendidik Karakter Anak
Generasi strawberry juga terbentuk jika anak-anak disekolahkan di tempat yang kurang menitikberatkan pada pendidikan karakter.
“Orangtua menyekolahkan anak di sekolah industri, sekolah komersial berbahasa Inggris yang mahal, tanpa mengenal karakter anak,” tutur Rhenald.
Di sekolah-sekolah semacam itu, fokus utama adalah pada keterampilan dan kemampuan akademis, bukan pada pengembangan karakter.
“Sekolah-sekolah komersial ini hanya memperhatikan anak dapat berbicara Bahasa Inggris dan menyelesaikan proyek dengan cepat, tanpa memperhatikan karakter anak. Padahal, sekolah seharusnya bertugas membangun karakter anak,” pungkas Rhenald.
Sumber : kompas.com